Minggu, 27 Mei 2012

nilai-nilai luhur kebudayaan toraja


BAB I
PEMBUKAAN

A.    Latar Belakang
Makna kehidupan ialah menjalani siklus kehidupan itu sendirinya, artinya kembali ke kehidupan semula yang nyata.  Kriteria yang menentukan skala prioritas nilai-nilai adalah nilai dasar itu sendiri. Tetapi rupanya nilai “kedamaian demi persekutuan” yang paling menentukan. Makna persekutuan ialah hidup dalam damai dan keharmonisan. Dalam benturan nilai-nilai ada saja nilai yang dikorbankan demi persekutuan. Aluk Rambu Solo’(ARS)ARS adalah keseluruhan upacara untuk orang mati.secara harfiah aluk rambu solo’ berarti “ketentuan untuk aspa yang menurun”.artinya ritus-ritus persembahan(asap) untuk orang mati,yang dilaksanakan sesudah pukul12.00.ketika matahari mulai bergerak turun.aluk ramtbu solo’ disebut juga aluk rampe matampu’.ritus-ritu disebelah barat,sebab sesudah pukul 12.00 matahari berada disebelah barat.sebab itulah ritus-ritus persembahan dilaksanakan disebelah barat atau barat daya tongkonan.
Berdasarkan Tesmogoni dan teogoni,upacara tersebut dilaksanakan disebelah timur laut arah kediaman para dewa dan leluhur yang didewakan.Aluk Rambu Tuka’ disebut juga Aluk Rampe Matallo,”ritus-ritus disebelah timur”.Berdasarkan hal tersebut Aluk tersebut dinamakan “aluk asap yang naik”.artinya asap persembahan itu naik kelangit sebelum matahari mencapai zenit.Aluk Ramnu Tuka’ adalah keseluruhan ritus-ritus persembahan untuk kehidupan.persembahan-persembahan itu dialamatkan kepada para dewa dan para leluhur yang sudah menjadi dewa yang mendiami langit disebelah timur laut.
Setelah kita mengetahui arti tongkonan selaku lambang dan pusat pa’rapuan,kiranya tidak perlu lagi berpanjang lebar untuk menjelaskan bahwa tongkonan itu juga menjadi sumber seluruh kepemimpinan dibidang kemasyarakatancdan keagamaan.dalam struktur tongkonan,tongkonan layuk menempati kedududkan tertinggi dan dengan demikian juga menempati kekuasaan tertinggi.artinya pemimpin tongkonan layank dengan sendirinya menjadi pucuk pimpinan.




B.     Rumusan Masalah

  1. Apa Nilai-nilai dan Pandangan Hidup Masyarakat Toraja?
2.      Bagaimana Adat dan Kebudayaan?
3.      Apa maksud Pa’Tondokan  –  Sang-Torayan?
4.      Bagaimana Tongkonan Sebagai Lambang  dan Pusat Pa’rapuan?
5.      Apa Funsi Sebuah Tongkonan?
6.      Bagaimana Tongkonan Sebagai Sumber Kepemimpinan?

C. Tujuan

1.      Untuk Mengetahui Nilai-nilai dan Pandangan Hidup Masyarakat Toraja
2.      Untuk Mengetahui Adat dan Kebudayaan
3.      Untuk Mengetahui Pa’Tondokan  –  Sang-Torayan
4.      Untuk Mengetahui Tongkonan Sebagai Lambang  dan Pusat Pa’rapuan
7.      Untuk Mengetahui Funsi Sebuah Tongkonan
8.      Untuk Mengetahui Tongkonan Sebagai Sumber Kepemimpinan








BABII
PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai dan Pandangan Hidup Masyarakat Toraja

             Makna kehidupan ialah menjalani siklus kehidupan itu sendirinya, artinya kembali ke kehidupan semula yang nyata.  Kriteria yang menentukan skala prioritas nilai-nilai adalah nilai dasar itu sendiri. Tetapi rupanya nilai “kedamaian demi persekutuan” yang paling menentukan. Makna persekutuan ialah hidup dalam damai dan keharmonisan. Dalam benturan nilai-nilai ada saja nilai yang dikorbankan demi persekutuan. Kebenaran dan Keadilan dapat dikorbankan demi kedamaian dan keharmonisan persekutuan. Segala-galanya ditentukan oleh keharmonisan persekutuan, namum ada jalan bagi keadilan dan kebenaran . Apabila pemecahan berdasarkan  kedamaian dan keharmonisan demi persekutuan tidak diterima dalam mempertahankan keadilan dan kebenaran, maka  tersedia dua jalan terakhit yaitu sipakoko atau siukkunan ( sipakokoko: dua orang yang bertikai memasukkan tangan mereka kedalam air panas, yang duluan melepas berarti mereka yang kalah) . Cara ini digunakan untuk menentukan siapa yang benar dan salah.
            Nilai kehidupan tersebut pertama-tama berorientasi kepada persekutuan, lambang persekutuan toraja adalah tongkonan berdasarkan hubungan darah. Persekutuan sebagai nilai tertinggi di toraja dilambangkan melalui tongkonan sebagai pusatnya. Selain itu persekutuan juga nampak melalui:
a.       Gotong royong sebagai motif saling tolong menolong. Misalnya dalam pekerjaan sawah, ritus orang mati dan pesta adat lainnya.
b.      Kehadiran dan partisipasi dalam pada ritus adat merupakan hubungan persekutuan yang tidak boleh dinilai sebagai tindakan yang diilhami oleh kepentingan ekonomis atau materialistis.
c.       Pembayaran utang pada Aluk Rambu Solo’ tidak boleh dinilai sebagai tindakan ekonomi.
d.      Dalam ungkapan yaitu Misa’ kada dipotuo, pantan kada dipomate. Tengkoo situru’ batakan siolanan menyangkut kesepakatan dan persekutuan dalam perbuatan dan pendirian.

Kekayaan dan kebahagiaan  terutama dihubungkan dengan tallu lolona yaitu; lolo tau, lolo patuoan, dan lolo tanaman ( tiga sekawan: manusia, hewan dan padi). Anak-anak adalah berkat yang menjamin kelangsungan keturunan. Tetapi anak-anak dan cucu harus hidup bahagia dan untuk itu mereka membutuhkan padi dan hewan sebagai lambang kekayaan dan kemapaman.

            Apa dan bagaimana kehidupan di langit itu hanya bisa dibayanglkan dan dicerminkan dalam pengalaman dunia. Kehidupan di dunia ini sangat penting dan menentukan kehidupam di seberang sana, karena kehidupan ini  berada dibawah perintah dan ketentuan religius yang memperngaruhi gerak kehidupan. Ini berarti nialai dasar tersebut merupakan penuntun dalam keseluruhan  cara hidup mulai  dari saat kelahiran sampai kematian.

1.      Kelahiran
            Setelah kelahiran seorang bayi, plasentaenya dikubur dibawah tangga di sebelah timur rumah, disertai doa agar ia secara fisik menjadi besar, semakin bertumbuh, dan semakin bertambah bijaksana, sebagaimana pada pagi hari matahari naik dan semakin tinggi. Penanaman plasenta ini juga mempunyai arti bagi bayi tersebut agar bayi itu tidak akan menjadi besar seperti seorang yang plasentasenya  tidak ditanamkan, artinya agar ia tumbuh menjadi bijak dalam tutur katanya dan tidak mengucapkan hal-hal bodoh dalam tutur katanya dan tidak mengucapkan hal-hal yang bodoh. Orang juga biasa berdoa agar bayi itu tidak pernah melupakan lamunan lolona (kampung halamannya dan terutama tongkonannya).
            Dalam hal ini penting pula apa yang disebut  dalle’. Nasib sudah ditentukan sebelumnya  harus dikembangkan tetapi pengembangan itu hanya merupakan jalan menuju apa yang sudah ditentukan sebelumnya. Hasilnya sudah ditentukan sebelumnya oleh para dewa; bahkan kewajiban mengembangkan nasib itu justru merupakan bagian dari nasib itu sendiri. Cara mengembangkan dalle itu berada dibawah pengawasan perintah, dan  larangan religius, dibawah aluk sola pemali. Tujuannya adalah bahagia dalam hidup, tetapi harus  melalui jalan yang normal, artinya dalam kerangka ketentuan-ketentuan aluk. Tujuannya adalah bahagia dalam hidup, tetapi harus melalui jalan yang normal yaitu dalam ketentuan  aluk dan adat.

2.      Kehidupan
            Dewasa berarti mencapai usia untuk dapat menikah, karena pernikahan  dianggap sebagai dalle’ seorang karena dari pernikahan suami istri akan memperoleh keturunan. Pernikahan itu sudah ada dibawah pengawasan aluk, selain itu diperlukan juga jaminan tambahan untuk mengamankan pernikahan dari ketidaksetiaan  (perceraian). Jaminan itu adalah kapa’. Rampanan kapa’ ini memiliki perananbukan hanya mendapatkan keturunan tetapi juga memelihara, mempererat , atau memulihkan hubungan keluarga yang rusak.
            Sepasang suami istri secepat mungkin membangun rumah sendiri yang menjadi awal sebuah  tongkonan, pusat bagi keturunan untuk mengamalkan kedamaian dan harmoni didalam kerangka persekutuan komunitas. Tongkonan itu menjamin pelaksanaan aluk dan adat, terutama menyangkut aluk rambu solo’ dan aluk rambu tuka’.
            Tongkonan adalah persekutuan yang menjamin kebahagian didalam kehidupan ini, tetapi khususnya dalam kehidupan sana. Umpasundun aluk (menyempurnakan aluk) merupakan kewajiban tongkonan yaitu seluruh kegiatan persekutuan berpusat pada tongkonan itu yang merupakan kewajiaban yang mau tidak mau harus dipenuhi untuk memperloleh kebahagiaan dalam hidup di sini dan bagi seluruh persekutuan, terlebih bagi yang sudah meninggal untuk siapa ritus itu dilaksanakan.
            Ada pandangan modern (dari luar) yang menyatakan bahwa falsafah hidup orang Toraja adalah “hidup untuk mati”. Pendapat ini didasarkan pada pengamatan ritus yang dilakukan bagi orang mati.  Memang akhir-akhir ini pelaksanaan ritus kematian itu hanya untuk mencari prestise.

3.      Kematian
Ritus orang mati sangat ditentukan oleh status sosial si mati. Jika orang mati tidak dibalikkan pesungnya artinya jika ritus orang mati tidak dilaksanakan baginya  maka ia akan selalu mengganggu atau mengutukinya keturunannya. Tujuan dari ritus adalah membali puang (kembali kepada ilahi). Kehidupan di dunia ini hanya merupakan bagian pendahuluan  dari kehidupan abadi yang dalam ungkapan bahasa Toraja yaitu pa’ tondokan marendeng (marendeng= tempat tinggal abadi) artinya dunia ini hanya sebagai tempat perhentian, tempat yang abadi hanya ada di langit diatas tempat para dewa tinggal.

4.      Longko’, siri’ ( rasa malu, tenggang rasa)
Unsur harga diri pada cara hidup orang Toraja diungkapkan melalui istilah longko’ dan siri’. Semua nilai harus  diperoleh dalam kerangka Aluk Sola Pemali. Melakukan sesuatu di luara aluk dan pemali merupakan dosam yang dapat menyebabkan rasa malu, bukan hanya pribadi tetapi juga pada lingkungan persekutuan khususnya  dalam lingkungan keluarga besar.
Longko’ adalah juga tenggang rasa artinya bersikap sopan dan hormat untuk tidak membuat orang malu. Tetapi  orang juga berusaha tidak mempermalukan orang lain karena takut mempermalukan diri sendiri. Longko’ adalah sikap hidup dengan unsur positif terutama menyangkut kesopanan dan perilaku yang baik. Tetapi ada juga segi negatifnya yaitu membuat orang statis. Longko’ dapat mematikan semua inisiatif  untuk mengembangkan kehidupan. Oleh sebab itu longko’ sebagai sikap budaya yang didasarkan  pada perasaan dapat merupakan penghalang bagi pemikirang yang dinamis yang seharusnya mendorong kita mengembangkan kehidupan.

5.      Pelanggaran dan kesalahan
Bagi orang toraja dosa adalah pelanggaran terhadap ketentuan aluk dan adat. Dosa dalam arti pelanggaran dapat dikenal dari akibat yang di timbulkannya, tidak ada dosa tanpa akibat. Kalau dosa tidak segera mendapat ganjarannya maka orang toraja akan mengatakan kampaimi (tunggu saja) hukumannya pasti akan segera tiba. Dalam pandangan ini dosa dipandang sebagai sebab-akibat, jadi dosa tidak mungkin tidak dihukum. Kesalahan ini juga dapat berahli ke keturunan, unnanna katune lako bati’na ( meninggalkan laknat bagi keturunannya) karena orang mati sudah ada di puya sudah tidak dapat lagi dihukum. Sementara itu dosa itu dapat dihapus oleh persembahan dengan messuru’ ( membawa persembahan).

B. Adat dan Kebudayaan

1.Adat sebagai pelaksanaan Aluk
            Pada 1984 Institute Theologia Gereja Toraja melakukan studi tentang adat.kesimpulannya berbunyi, “Aluk dan adat merupakan satu kesatuan  keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.harus pila ditekankan,bahwa aluk adalah sumber dari adat.
            Sebelum orang Toraja menjalin hubungan dengan orang bugis,mereka tidak mengenal istilah adat.adat tidak hanya kebiasaan,tetapi sekaligus aluk.hal ini dapat disimpulkan dari istilah:
-          Alukna (ada’na) mellona tau - ketentuan adat yang mengatur hubungan antar manusia
-          Aluk pare (ade’pare) – ketentuan adat tentang padi
-          Aluk banua (ada’banua) – ketentuan adat tentang pembangunan rumah
-          Aluk tananan pasa’ – ketentuan adat tentang pasar
-          Aluk bua’ – ketentuan adat untuk kebaikan/kesejahtraan persekutuan bua’
-          Aluk rambu solo’ – ketentuan adat yang mengatur upacara kematian.
-          Aluk Rambu tuka’ – ketentuan adat yang mengatur upacara syukur.

a.       Aluk Rambu Solo’(ARS)
ARS adalah keseluruhan upacara untuk orang mati.secara harfiah aluk rambu solo’ berarti “ketentuan untuk aspa yang menurun”.artinya ritus-ritus persembahan(asap) untuk orang mati,yang dilaksanakan sesudah pukul12.00.ketika matahari mulai bergerak turun.aluk ramtbu solo’ disebut juga aluk rampe matampu’.ritus-ritu disebelah barat,sebab sesudah pukul 12.00 matahari berada disebelah barat.sebab itulah ritus-ritus persembahan dilaksanakan disebelah barat atau barat daya tongkonan.
ARS ditandai oleh kesadaran bahwa setiap manusia terhisap dalam persekutuan masyarakat.kita dapat mengananlisis dan memahami kesadaran itu,tetapi nilainya hanya dapat dihayati secara benar dan eksistensial oleh para warga masyarakat tersebut.bila orang mengadakan salah satu upacara adat ,seseorang yang bukan warga persekutuan keluarga dapat diundang secara lisan,dikambaroi.tetapi untuk ARS tidak ada undangan.Apabila seseorang merasa bahwa dengan satu dan lain cara ia mempunayai hubungan dengan orang yang hajat dalam hal ini aluk rambu solo’,secara naluri ia harus menghadiri upacara itu.kehadirannya itu dengan sendirinya merupakan hubungan persekutuan.
b.      Aluk Rambu Tuka’ (ART)
Berdasarkan Tesmogoni dan teogoni,upacara tersebut dilaksanakan disebelah timur laut arah kediaman para dewa dan leluhur yang didewakan.Aluk Rambu Tuka’ disebut juga Aluk Rampe Matallo,”ritus-ritus disebelah timur”.Berdasarkan hal tersebut Aluk tersebut dinamakan “aluk asap yang naik”.artinya asap persembahan itu naik kelangit sebelum matahari mencapai zenit.Aluk Ramnu Tuka’ adalah keseluruhan ritus-ritus persembahan untuk kehidupan.persembahan-persembahan itu dialamatkan kepada para dewa dan para leluhur yang sudah menjadi dewa yang mendiami langit disebelah timur laut.


c.       Ma’bua’
Bua’ adalah pesekutuan kampong atau sebagian kampong,yang secara gotong royong melaksanakan pesta bua’ atau ma’bua’ untuk memohon berkat dari manusia,hewan,tanah dan tumbuhan.persekutuan ini disebut bua’ dan termasuk struktur dasar sosio-religius.
d.      Merok
Inti pesta Merok adalah upacara persembahan seekor kerbau.kata merok berasal dari rok (rauk),menusuk dengan tombak walaupun kerbau itu tidak dibunuh dengan tombak,tetapi dengan sebilah parang panjang yang tajam,yang disebut dua lalan.ada tiga alasan melaksanakan pesta ini:
1.      Sebagai pengucapan syukur atas segala berkat dalam kehidupan ini,yakni setelah seseorang berhasil mengumpulkan harta kekayaan.
2.      Sebagai pengucapan syukur atas terlaksanya segala ritus yang menyangkut aluk rambu solo’.inilah ritus dipatallung bongi,dipalingmabongi atau dirapa’i.
3.      Sebagai pengucapan syukur seorang budak yang berhasil melaksanakan ma’talla(membayar harga dirinya) atau ma’tomakakai (menjadi orang merdeka) dan yang sudah menjadi mapan dalam hidupnya.
e.       Rampanan Kapa’ (Nikah)
Pada simposium tentang adat dan kebudayaan yang diadakan tangmentoe,juli 1983,ada usul untuk mendaftarkan rampanan kapa’ sebagai nilai tertinggi dalam daftar nilai-nilai,karena pernikahan adalah titik awal usaha sepanjang suami istri untuk mengembangkan kehidupan dengan membangun tongkonan bagi keturunan mereka.usul ini menggarisbawahi pentingnya rampanan kapa’bagi komonitas toraja.

C. Pa’Tondokan  –  Sang-Torayan

a.      Pa’Tondokan
Kata dasar pa’tondokan ialah tondok : tempat tinggal,kampong,desa.Pa’tondokan=penghuni;penduduk desa;komunitas desa;masyarakat desa,sejarah sebuah tobdok mengacu ke pangala,seseorang yang mengokupasi,mengklaim wilayah tertentu sebagai miliknya,daerah kekuasaannya,lalu mendirikan tondok itu.j.tammu menerjemahkan pangala tondok dengan “cikal bakal”,pendiri tondok pada masa silam.dimasa lampau yang kelabu ditoraja masih banyak wilayah yang kosong dan tidak dihuni,yang dapat diklaim oleh tokoh-tokoh penguasa.
Ia mendirikan sebuah tongkonan baru,pusat kehidupan persekutuan baru itu.ia mengatur kehidupan tondok dan masyarakatnya.pada mulanya seluruh kekusaan berada ditangan pangla tondok.tetapi dia beranak cucu,memiliki keturunan.pada musyawrah disarirah  beberapa tondok diwakili oleh lebih dari satu orang topadatindo,karena kepemimpinan disatu tondok sudah terbagi dianak patalo,yaitu keturunan pangala tondok.sebelumditulak bintunna bone (perang melawan bone),struktur masyarakat masih sederhana.barulah sesudah perang tersebut kekuasaan dibagi-bagi diantara anak patalo .dari masing-masing tondok,sehingga struktur masyarakat dan possisi kepemimpinan religious dan sosial semakin rumit.
b.      Sang-Torayaan
Sang adalah awalan yang menunjuk jumlah satu.sang-torayan berarti “satu toraja” atau “toraja bersatu” toraja sebagi keseluruhan atau seluruh masyarakat toraja.sesungguhnya sang-torayaan merupakan istilah modern dengan isi lama.
Sang-torayaan sebagai msyarakat Toraja yang satu merupakan persekutuan yang telah bertumbuh menjadi satu berdasarkan falsafah hidup bersama,yang menampakan diri melalui adat dan kebudayaan.adat dan kebudayaan itu tidak mutlak sama disemua wilayah.namun dalam hal-hal pokok persekutuan,struktur kemasyarakatan mengikat bagaikan benang merah menghubungkan semua tempat dengan tempat lain.

D. Tongkonan Sebagai Lambang  dan Pusat Pa’rapuan

a.       Tongkonan
Tongkonan barasal dari kata tongkon,yang berarti duduk,menyatakan belasungkawa.tongkonan bararti tempat duduk,rumah,teristimewa rumah para leluhur,tempat keluarga besar bertemu untuk melaksanakan ritus-ritus adat secara bersama-sama,baik ART dan ARS.Tongkonan sulit diterjemahkan.Bangunan ini bukan sekedar rumah adat,tempat orang membicarakan atau menyelenggarakan urusan-urusan adat,bukan juga sekedar rumah keluarga besar,tempat memelihara persekutuan kaum kerabat.tonkonan mencakup kedua aspek tersebut.karea iti kita menerjemahkan istilah tongkonan agar tidak menyamakan dengan rumah adat atau rumah marga
b.      .Pa’Rapuan
Rapu adalah keluarga berdasarkan hubungan darah,keluarga besar.hubungan itu menyangkut hubungan darah keluarga besar.hubungan itu menyangkut hubungan vertikal,maka istilah yang digunakan bati’ anak (anak-anak) atau keturunan.pa’rapuan adalah bentuk panjang kata rapu ,dengan awalan pa’ dan akhiran an.artinya tempat rapu terjadi,tempat rapu merasa betah,pa’rpuan adalah bentuk abstrak rapu,yang menampakan diri secara kongkret dalam persekutuan tongkonan atau dalam hubungan darah.

E. Funsi Sebuah Tongkonan

a.       Dikalangan Pa’rapuan
Telah dijelaskan bahwa tongkonan mempunyai daya tarik sentripental terhadap pa’rapuan.maka tongkonan dipandang sebagai lambang dan pusat pa’rapuan.jadi fungsi pertama dan utama tongkonan ialah membina persekutuan pa’rapuan.jadi tongkonan menciptakan dan memelihara persekutuan.pa’rapuan mengemban kewajiban tertentu terhadap tongkonannya.sebaliknya makna tongkonan itu melambangkan dan dalam arti tertentu menjamin kesejahtraan pa’rapuan.prestise tongkonan menjamin prestise pa’rapuan.untuk dapat mengetahui latar belakang seorang toraja,kita cukup menanyakan tonkonan asalnya,asalkan yang bertanya memang susuah mengenal dan menguasai struktur tongkonan sebuah lambang,atau struktur sang-torayan.
b.      Didalam Masyarakat
Kita juga telah melihat bahwa pangala tondok bertanggung jawab atas kesejahtraan penduduk teritorium yang dikuasainya,yaitu tondoknya.bila sebuah tondok merasakan kepemimpinan dan perlindungan dari pihak seorang pangala tondok,yang aluknya dipoaluk (dapat dijadikan aluk kita),uaninna ditmba (airlah yang boleh ditimba),kayunna dire’tok (kayunyalah yang boleh dijadikan kayu bakar),padangna dikumba’ (tanahnyalah yang boleh diolah),maka pa’tondokan akan memberikannya gelar toparengge’ sabagai tanda ucapan syukur atas jasanya.maka tongkonan itu menjadi tongkonan toparengge’tdan fungsi toparengge’ dapat dipangku oleh seorang dari anak tongkonan,yakni anak toparengge.dengan demikian kepemimpian atas komunitas tondok tetap dipegang oleh tongkonan itu.

F. Tongkonan Sebagai Sumber Kepemimpinan

Setelah kita mengetahui arti tongkonan selaku lambang dan pusat pa’rapuan,kiranya tidak perlu lagi berpanjang lebar untuk menjelaskan bahwa tongkonan itu juga menjadi sumber seluruh kepemimpinan dibidang kemasyarakatancdan keagamaan.dalam struktur tongkonan,tongkonan layuk menempati kedududkan tertinggi dan dengan demikian juga menempati kekuasaan tertinggi.artinya pemimpin tongkonan layank dengan sendirinya menjadi pucuk pimpinan.
Semua tongkonan anak patalo mempunyai status yang sama dalam sistem tana’.tetapi bila keturunan satu nenek moyang bertambah banyak,maka system tongkonan perlu distrukturasi lebih lanjut.semakin jauh seseorang dari tongkonan layuk dalam garis keturunan,semakin berkurang pula pengaruh seseorang dan semakin rendah kedudukannya dalam masyarakat.
Telah kita lihat bahwa pada umumnya tongkonan mengemban fungsi menjamin kepentinagan tongkonan.dengan perkataan lain,tongkonan tidak hanya wajib memelihara kepentingan persekutuan keluarga,tetapi lembaga yang wajib memelihara aluk dan adat.tongkonan merupakan sumber hokum dan sumber pelaksanaan kekuasaan,sumber pelaksanaan kepemimpinan tradisional umum.dari kriteria kepemimpinan sudah dapat dilihat bahwa kepemimpinan itu selalu berada ditangan anak patalo,anak tongkonan.dengan demikian tepatlah kalau sistem tongkonan itu disebut benteng kepemimpinan tradisional.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Makna kehidupan ialah menjalani siklus kehidupan itu sendirinya, artinya kembali ke kehidupan semula yang nyata.  Kriteria yang menentukan skala prioritas nilai-nilai adalah nilai dasar itu sendiri. Tetapi rupanya nilai “kedamaian demi persekutuan” yang paling menentukan. Makna persekutuan ialah hidup dalam damai dan keharmonisan. Dalam benturan nilai-nilai ada saja nilai yang dikorbankan demi persekutuan. Kebenaran dan Keadilan dapat dikorbankan demi kedamaian dan keharmonisan persekutuan. Nilai kehidupan tersebut pertama-tama berorientasi kepada persekutuan, lambang persekutuan toraja adalah tongkonan berdasarkan hubungan darah. Persekutuan sebagai nilai tertinggi di toraja dilambangkan melalui tongkonan sebagai pusatnya
ARS adalah keseluruhan upacara untuk orang mati.secara harfiah aluk rambu solo’ berarti “ketentuan untuk aspa yang menurun”.artinya ritus-ritus persembahan(asap) untuk orang mati,yang dilaksanakan sesudah pukul12.00.ketika matahari mulai bergerak turun.aluk ramtbu solo’ disebut juga aluk rampe matampu’.ritus-ritu disebelah barat,sebab sesudah pukul 12.00 matahari berada disebelah barat.sebab itulah ritus-ritus persembahan dilaksanakan disebelah barat atau barat daya tongkonan.
Berdasarkan Tesmogoni dan teogoni,upacara tersebut dilaksanakan disebelah timur laut arah kediaman para dewa dan leluhur yang didewakan.Aluk Rambu Tuka’ disebut juga Aluk Rampe Matallo,”ritus-ritus disebelah timur”.Berdasarkan hal tersebut Aluk tersebut dinamakan “aluk asap yang naik”.artinya asap persembahan itu naik kelangit sebelum matahari mencapai zenit.Aluk Ramnu Tuka’ adalah keseluruhan ritus-ritus persembahan untuk kehidupan.persembahan-persembahan itu dialamatkan kepada para dewa dan para leluhur yang sudah menjadi dewa yang mendiami langit disebelah timur laut.
makna tongkonan itu melambangkan dan dalam arti tertentu menjamin kesejahtraan pa’rapuan.prestise tongkonan menjamin prestise pa’rapuan.untuk dapat mengetahui latar belakang seorang toraja,kita cukup menanyakan tonkonan asalnya,asalkan yang bertanya memang susuah mengenal dan menguasai struktur tongkonan sebuah lambang,atau struktur sang-torayan.

B.     Saran
Penulisan makalah mengenai adat istiadat kebudayaan toraja yang sekaligus membahas nilai-nilai luhur budaya toraja, makalah ini di harapkan dapat membantu untuk referensi mengenai kebudayaan toraja, namun dalam penulisan maklah ini tentunya terdapat kekurangan bahkan kesalahan oleh karna itu di harapkan kritik danm saran yqng membqngun untuk pembelajaran penulisan makalah selanjudnya agar lebih baik.


Rabu, 02 Mei 2012

cerpen (trauma)


TRAUMA
Langit terus saja berduka air matanya terus menetes menghujam bumi, sebagian lagi jatuh di atas pepohonan merayapi setiap lekak-lekuk tubuh pohon kemudian jatuh menikam bumi, desir angin yang menelusup masuk menggerayangi setiap lekuk tubuhku membuat suasana menjadi bertambah dingin bahkan beku, daun-daun yang sudah menguning gugur tertiup oleh angin dan kerasnya hantaman air hujan, hujan yang membuatku semakin  tenggelam dalam lorong-lorong masa lalu yang mungkin tidak dapat di pahami oleh orang lain, berdukanya langit seperti berdukaya hatiku. Telah lama aku sendiri, sepi, menepi dan sunyi.
Hari-hariku penuh bayangan semu tak berujung, ketika aku teringat masa-masa bahagia bersama suami dan anak-anakku, kami hidup dengan bahagia semua penuh dengan kenangan manis, seketika tanpa sadar segurat senyum tipis terlihat dari bibir ku bahkan bukan hanya seyuman tipis saja terkadang aku tebahak begitu mengingatnya, sungguh kenangan yang indah yang tak mungkin aku lupakan. Namun seketika saja kenangan itu berubah sirna menjadi suatu yang pahit bagai menelan empedu, anak dan suamiku lenyap ditelan keserakahan zaman di depan mataku sendiri mereka di bunuh, kemudian laki-laki berseragam loreng itu myergap aku bagai berburu di hutan dan mendapatkan binatang buruannya, tangannya begitu ganas mengerayangi tubuh ku, aku mencoba melawan sekuat tenaga aku berusaha mencari benda-benda apa saja yang ada untuk memukul mereka namun usahaku hanya sia-sia mereka terlalu kuat untuk aku lawan satu persatu mereka mengilir ku bagai arisan yang sudah di atur jalan permainannya, aku hanya bisa mengutuk dalam hati karena mulutku di sumpal oleh kain kumalnya, “keparat,anjing,hewan terkutuk kau” air mata ku berhamburan dan aku melihat senyum kepuasan dibibirnya senyum binatang  jalang, hingga aku tak kuat dan tak sadar diri. Kenangan pahit itu membuat aku lupa diri aku menangis dan bahkan berteriak  histeris aku mengmuk sejadi-jadinya.
***
Keparat kamu, dasar binatang aku mencoba meraih benda apa saja yang ada di sekitarku aku mencoba memukul mereka aku mencoba melawan orang itu, namun semua serasa sia-sia tangannya terlalu kuat mengekang diriku, namun aku tetap berusa memberontak  aku seperti singa yang keleparan, Namun semua badan ku menjadi lemas tanganya begitu kuat mencengkaram tubuhku bagai burung elang menerkam mangsanya hingga aku jatuh tak sadarkan diri.
***
            Aku terbangun dari ketidak berdayaan ku, tubuhku terasa sakit seperti tak mempunyai tulang lemas tak berotot  kepalaku terasa berat, kubuka mataku sedikit-demi sedikit kulihat tubuhku yang tak terurus dengan kaki yang tepasung, pasungan yang terbuat dari pohon randu itu begitu kuat mencengkeram kaki ku membuat diriku sulit untuk bergerak. Yah disinalah aku sekarang di sebuah gubuk yang gelap pengap dan bau apek ini, sekarang aku hanya  bisa termangu terbuai dengan kenangan-kenangan silam kenangan itu teradang membuat aku tersenyum dan bahkan terbahak kadang juga membuat aku ketakutan berteriak histeris. Mataku kosong menyelulusuri setiap celah dari pepohonan yang tersiram air hujan menerawang jauh ke awang-awang dan sepertinya aku tersesat di dalamnya, di dalam pengembaraan masalaluku. Kini aku hanya bisa termangu menunggu, menunggu sesuatu yang semu dan menunggu ajal  menjemputku.