BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar
Belakang
Makna kehidupan
ialah menjalani siklus kehidupan itu sendirinya, artinya kembali ke kehidupan
semula yang nyata. Kriteria yang
menentukan skala prioritas nilai-nilai adalah nilai dasar itu sendiri. Tetapi
rupanya nilai “kedamaian demi persekutuan” yang paling menentukan. Makna
persekutuan ialah hidup dalam damai dan keharmonisan. Dalam benturan
nilai-nilai ada saja nilai yang dikorbankan demi persekutuan. Aluk Rambu
Solo’(ARS)ARS adalah keseluruhan upacara untuk orang mati.secara harfiah
aluk rambu solo’ berarti “ketentuan untuk aspa yang menurun”.artinya
ritus-ritus persembahan(asap) untuk orang mati,yang dilaksanakan sesudah
pukul12.00.ketika matahari mulai bergerak turun.aluk ramtbu solo’ disebut juga
aluk rampe matampu’.ritus-ritu disebelah barat,sebab sesudah pukul 12.00
matahari berada disebelah barat.sebab itulah ritus-ritus persembahan
dilaksanakan disebelah barat atau barat daya tongkonan.
Berdasarkan
Tesmogoni dan teogoni,upacara tersebut dilaksanakan disebelah timur laut arah
kediaman para dewa dan leluhur yang didewakan.Aluk Rambu Tuka’ disebut juga
Aluk Rampe Matallo,”ritus-ritus disebelah timur”.Berdasarkan hal tersebut Aluk
tersebut dinamakan “aluk asap yang naik”.artinya asap persembahan itu naik
kelangit sebelum matahari mencapai zenit.Aluk Ramnu Tuka’ adalah keseluruhan
ritus-ritus persembahan untuk kehidupan.persembahan-persembahan itu dialamatkan
kepada para dewa dan para leluhur yang sudah menjadi dewa yang mendiami langit
disebelah timur laut.
Setelah kita
mengetahui arti tongkonan selaku lambang dan pusat pa’rapuan,kiranya tidak
perlu lagi berpanjang lebar untuk menjelaskan bahwa tongkonan itu juga menjadi
sumber seluruh kepemimpinan dibidang kemasyarakatancdan keagamaan.dalam
struktur tongkonan,tongkonan layuk menempati kedududkan tertinggi dan dengan
demikian juga menempati kekuasaan tertinggi.artinya pemimpin tongkonan layank
dengan sendirinya menjadi pucuk pimpinan.
B. Rumusan
Masalah
- Apa
Nilai-nilai dan Pandangan Hidup Masyarakat Toraja?
2. Bagaimana
Adat dan Kebudayaan?
3. Apa
maksud Pa’Tondokan – Sang-Torayan?
4. Bagaimana
Tongkonan Sebagai Lambang dan Pusat
Pa’rapuan?
5. Apa
Funsi Sebuah Tongkonan?
6. Bagaimana
Tongkonan Sebagai Sumber Kepemimpinan?
C. Tujuan
1. Untuk
Mengetahui Nilai-nilai dan Pandangan Hidup Masyarakat Toraja
2. Untuk
Mengetahui Adat dan Kebudayaan
3. Untuk
Mengetahui Pa’Tondokan – Sang-Torayan
4. Untuk
Mengetahui Tongkonan Sebagai Lambang dan
Pusat Pa’rapuan
7. Untuk
Mengetahui Funsi Sebuah Tongkonan
8. Untuk
Mengetahui Tongkonan Sebagai Sumber Kepemimpinan
BABII
PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai dan Pandangan Hidup Masyarakat Toraja
Makna kehidupan ialah menjalani siklus
kehidupan itu sendirinya, artinya kembali ke kehidupan semula yang nyata. Kriteria yang menentukan skala prioritas
nilai-nilai adalah nilai dasar itu sendiri. Tetapi rupanya nilai “kedamaian
demi persekutuan” yang paling menentukan. Makna persekutuan ialah hidup dalam
damai dan keharmonisan. Dalam benturan nilai-nilai ada saja nilai yang
dikorbankan demi persekutuan. Kebenaran dan Keadilan dapat dikorbankan demi
kedamaian dan keharmonisan persekutuan. Segala-galanya ditentukan oleh
keharmonisan persekutuan, namum ada jalan bagi keadilan dan kebenaran . Apabila
pemecahan berdasarkan kedamaian dan
keharmonisan demi persekutuan tidak diterima dalam mempertahankan keadilan dan
kebenaran, maka tersedia dua jalan
terakhit yaitu sipakoko atau siukkunan ( sipakokoko: dua orang yang bertikai
memasukkan tangan mereka kedalam air panas, yang duluan melepas berarti mereka
yang kalah) . Cara ini digunakan untuk menentukan siapa yang benar dan salah.
Nilai
kehidupan tersebut pertama-tama berorientasi kepada persekutuan, lambang
persekutuan toraja adalah tongkonan berdasarkan hubungan darah. Persekutuan
sebagai nilai tertinggi di toraja dilambangkan melalui tongkonan sebagai
pusatnya. Selain itu persekutuan juga nampak melalui:
a. Gotong
royong sebagai motif saling tolong menolong. Misalnya dalam pekerjaan sawah,
ritus orang mati dan pesta adat lainnya.
b. Kehadiran
dan partisipasi dalam pada ritus adat merupakan hubungan persekutuan yang tidak
boleh dinilai sebagai tindakan yang diilhami oleh kepentingan ekonomis atau
materialistis.
c. Pembayaran
utang pada Aluk Rambu Solo’ tidak boleh dinilai sebagai tindakan ekonomi.
d. Dalam
ungkapan yaitu Misa’ kada dipotuo, pantan kada dipomate. Tengkoo situru’
batakan siolanan menyangkut kesepakatan dan persekutuan dalam perbuatan dan
pendirian.
Kekayaan dan
kebahagiaan terutama dihubungkan dengan
tallu lolona yaitu; lolo tau, lolo patuoan, dan lolo tanaman ( tiga sekawan:
manusia, hewan dan padi). Anak-anak adalah berkat yang menjamin kelangsungan
keturunan. Tetapi anak-anak dan cucu harus hidup bahagia dan untuk itu mereka
membutuhkan padi dan hewan sebagai lambang kekayaan dan kemapaman.
Apa
dan bagaimana kehidupan di langit itu hanya bisa dibayanglkan dan dicerminkan
dalam pengalaman dunia. Kehidupan di dunia ini sangat penting dan menentukan
kehidupam di seberang sana, karena kehidupan ini berada dibawah perintah dan ketentuan
religius yang memperngaruhi gerak kehidupan. Ini berarti nialai dasar tersebut
merupakan penuntun dalam keseluruhan
cara hidup mulai dari saat
kelahiran sampai kematian.
1. Kelahiran
Setelah
kelahiran seorang bayi, plasentaenya dikubur dibawah tangga di sebelah timur
rumah, disertai doa agar ia secara fisik menjadi besar, semakin bertumbuh, dan
semakin bertambah bijaksana, sebagaimana pada pagi hari matahari naik dan
semakin tinggi. Penanaman plasenta ini juga mempunyai arti bagi bayi tersebut
agar bayi itu tidak akan menjadi besar seperti seorang yang plasentasenya tidak ditanamkan, artinya agar ia tumbuh
menjadi bijak dalam tutur katanya dan tidak mengucapkan hal-hal bodoh dalam
tutur katanya dan tidak mengucapkan hal-hal yang bodoh. Orang juga biasa berdoa
agar bayi itu tidak pernah melupakan lamunan lolona (kampung halamannya dan
terutama tongkonannya).
Dalam
hal ini penting pula apa yang disebut
dalle’. Nasib sudah ditentukan sebelumnya harus dikembangkan tetapi pengembangan itu
hanya merupakan jalan menuju apa yang sudah ditentukan sebelumnya. Hasilnya
sudah ditentukan sebelumnya oleh para dewa; bahkan kewajiban mengembangkan
nasib itu justru merupakan bagian dari nasib itu sendiri. Cara mengembangkan
dalle itu berada dibawah pengawasan perintah, dan larangan religius, dibawah aluk sola pemali.
Tujuannya adalah bahagia dalam hidup, tetapi harus melalui jalan yang normal, artinya dalam
kerangka ketentuan-ketentuan aluk. Tujuannya adalah bahagia dalam hidup, tetapi
harus melalui jalan yang normal yaitu dalam ketentuan aluk dan adat.
2. Kehidupan
Dewasa
berarti mencapai usia untuk dapat menikah, karena pernikahan dianggap sebagai dalle’ seorang karena dari
pernikahan suami istri akan memperoleh keturunan. Pernikahan itu sudah ada
dibawah pengawasan aluk, selain itu diperlukan juga jaminan tambahan untuk mengamankan
pernikahan dari ketidaksetiaan
(perceraian). Jaminan itu adalah kapa’. Rampanan kapa’ ini memiliki
perananbukan hanya mendapatkan keturunan tetapi juga memelihara, mempererat ,
atau memulihkan hubungan keluarga yang rusak.
Sepasang
suami istri secepat mungkin membangun rumah sendiri yang menjadi awal
sebuah tongkonan, pusat bagi keturunan
untuk mengamalkan kedamaian dan harmoni didalam kerangka persekutuan komunitas.
Tongkonan itu menjamin pelaksanaan aluk dan adat, terutama menyangkut aluk rambu
solo’ dan aluk rambu tuka’.
Tongkonan
adalah persekutuan yang menjamin kebahagian didalam kehidupan ini, tetapi
khususnya dalam kehidupan sana. Umpasundun aluk (menyempurnakan aluk) merupakan
kewajiban tongkonan yaitu seluruh kegiatan persekutuan berpusat pada tongkonan
itu yang merupakan kewajiaban yang mau tidak mau harus dipenuhi untuk
memperloleh kebahagiaan dalam hidup di sini dan bagi seluruh persekutuan,
terlebih bagi yang sudah meninggal untuk siapa ritus itu dilaksanakan.
Ada
pandangan modern (dari luar) yang menyatakan bahwa falsafah hidup orang Toraja
adalah “hidup untuk mati”. Pendapat ini didasarkan pada pengamatan ritus yang
dilakukan bagi orang mati. Memang
akhir-akhir ini pelaksanaan ritus kematian itu hanya untuk mencari prestise.
3. Kematian
Ritus orang mati
sangat ditentukan oleh status sosial si mati. Jika orang mati tidak dibalikkan
pesungnya artinya jika ritus orang mati tidak dilaksanakan baginya maka ia akan selalu mengganggu atau
mengutukinya keturunannya. Tujuan dari ritus adalah membali puang (kembali
kepada ilahi). Kehidupan di dunia ini hanya merupakan bagian pendahuluan dari kehidupan abadi yang dalam ungkapan
bahasa Toraja yaitu pa’ tondokan marendeng (marendeng= tempat tinggal abadi)
artinya dunia ini hanya sebagai tempat perhentian, tempat yang abadi hanya ada
di langit diatas tempat para dewa tinggal.
4. Longko’,
siri’ ( rasa malu, tenggang rasa)
Unsur harga diri
pada cara hidup orang Toraja diungkapkan melalui istilah longko’ dan siri’.
Semua nilai harus diperoleh dalam
kerangka Aluk Sola Pemali. Melakukan sesuatu di luara aluk dan pemali merupakan
dosam yang dapat menyebabkan rasa malu, bukan hanya pribadi tetapi juga pada
lingkungan persekutuan khususnya dalam
lingkungan keluarga besar.
Longko’ adalah
juga tenggang rasa artinya bersikap sopan dan hormat untuk tidak membuat orang
malu. Tetapi orang juga berusaha tidak
mempermalukan orang lain karena takut mempermalukan diri sendiri. Longko’
adalah sikap hidup dengan unsur positif terutama menyangkut kesopanan dan perilaku
yang baik. Tetapi ada juga segi negatifnya yaitu membuat orang statis. Longko’
dapat mematikan semua inisiatif untuk
mengembangkan kehidupan. Oleh sebab itu longko’ sebagai sikap budaya yang
didasarkan pada perasaan dapat merupakan
penghalang bagi pemikirang yang dinamis yang seharusnya mendorong kita
mengembangkan kehidupan.
5. Pelanggaran
dan kesalahan
Bagi orang
toraja dosa adalah pelanggaran terhadap ketentuan aluk dan adat. Dosa dalam
arti pelanggaran dapat dikenal dari akibat yang di timbulkannya, tidak ada dosa
tanpa akibat. Kalau dosa tidak segera mendapat ganjarannya maka orang toraja
akan mengatakan kampaimi (tunggu saja) hukumannya pasti akan segera tiba. Dalam
pandangan ini dosa dipandang sebagai sebab-akibat, jadi dosa tidak mungkin tidak
dihukum. Kesalahan ini juga dapat berahli ke keturunan, unnanna katune lako
bati’na ( meninggalkan laknat bagi keturunannya) karena orang mati sudah ada di
puya sudah tidak dapat lagi dihukum. Sementara itu dosa itu dapat dihapus oleh
persembahan dengan messuru’ ( membawa persembahan).
B. Adat dan Kebudayaan
1.Adat sebagai pelaksanaan Aluk
Pada
1984 Institute Theologia Gereja Toraja melakukan studi tentang
adat.kesimpulannya berbunyi, “Aluk dan adat merupakan satu kesatuan keduanya saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan.harus pila ditekankan,bahwa aluk adalah sumber dari adat.
Sebelum
orang Toraja menjalin hubungan dengan orang bugis,mereka tidak mengenal istilah
adat.adat tidak hanya kebiasaan,tetapi sekaligus aluk.hal ini dapat disimpulkan
dari istilah:
-
Alukna (ada’na) mellona
tau - ketentuan adat yang mengatur hubungan antar manusia
-
Aluk pare (ade’pare) –
ketentuan adat tentang padi
-
Aluk banua (ada’banua)
– ketentuan adat tentang pembangunan rumah
-
Aluk tananan pasa’ –
ketentuan adat tentang pasar
-
Aluk bua’ – ketentuan
adat untuk kebaikan/kesejahtraan persekutuan bua’
-
Aluk rambu solo’ –
ketentuan adat yang mengatur upacara kematian.
-
Aluk Rambu tuka’ –
ketentuan adat yang mengatur upacara syukur.
a. Aluk
Rambu Solo’(ARS)
ARS adalah
keseluruhan upacara untuk orang mati.secara harfiah aluk rambu solo’ berarti
“ketentuan untuk aspa yang menurun”.artinya ritus-ritus persembahan(asap) untuk
orang mati,yang dilaksanakan sesudah pukul12.00.ketika matahari mulai bergerak
turun.aluk ramtbu solo’ disebut juga aluk rampe matampu’.ritus-ritu disebelah
barat,sebab sesudah pukul 12.00 matahari berada disebelah barat.sebab itulah
ritus-ritus persembahan dilaksanakan disebelah barat atau barat daya tongkonan.
ARS ditandai
oleh kesadaran bahwa setiap manusia terhisap dalam persekutuan masyarakat.kita
dapat mengananlisis dan memahami kesadaran itu,tetapi nilainya hanya dapat
dihayati secara benar dan eksistensial oleh para warga masyarakat tersebut.bila
orang mengadakan salah satu upacara adat ,seseorang yang bukan warga
persekutuan keluarga dapat diundang secara lisan,dikambaroi.tetapi untuk ARS
tidak ada undangan.Apabila seseorang merasa bahwa dengan satu dan lain cara ia
mempunayai hubungan dengan orang yang hajat dalam hal ini aluk rambu
solo’,secara naluri ia harus menghadiri upacara itu.kehadirannya itu dengan
sendirinya merupakan hubungan persekutuan.
b. Aluk
Rambu Tuka’ (ART)
Berdasarkan
Tesmogoni dan teogoni,upacara tersebut dilaksanakan disebelah timur laut arah
kediaman para dewa dan leluhur yang didewakan.Aluk Rambu Tuka’ disebut juga
Aluk Rampe Matallo,”ritus-ritus disebelah timur”.Berdasarkan hal tersebut Aluk
tersebut dinamakan “aluk asap yang naik”.artinya asap persembahan itu naik
kelangit sebelum matahari mencapai zenit.Aluk Ramnu Tuka’ adalah keseluruhan ritus-ritus
persembahan untuk kehidupan.persembahan-persembahan itu dialamatkan kepada para
dewa dan para leluhur yang sudah menjadi dewa yang mendiami langit disebelah
timur laut.
c. Ma’bua’
Bua’ adalah
pesekutuan kampong atau sebagian kampong,yang secara gotong royong melaksanakan
pesta bua’ atau ma’bua’ untuk memohon berkat dari manusia,hewan,tanah dan
tumbuhan.persekutuan ini disebut bua’ dan termasuk struktur dasar
sosio-religius.
d. Merok
Inti pesta Merok
adalah upacara persembahan seekor kerbau.kata merok berasal dari rok
(rauk),menusuk dengan tombak walaupun kerbau itu tidak dibunuh dengan
tombak,tetapi dengan sebilah parang panjang yang tajam,yang disebut dua
lalan.ada tiga alasan melaksanakan pesta ini:
1. Sebagai
pengucapan syukur atas segala berkat dalam kehidupan ini,yakni setelah
seseorang berhasil mengumpulkan harta kekayaan.
2. Sebagai
pengucapan syukur atas terlaksanya segala ritus yang menyangkut aluk rambu
solo’.inilah ritus dipatallung bongi,dipalingmabongi atau dirapa’i.
3. Sebagai
pengucapan syukur seorang budak yang berhasil melaksanakan ma’talla(membayar
harga dirinya) atau ma’tomakakai (menjadi orang merdeka) dan yang sudah menjadi
mapan dalam hidupnya.
e. Rampanan
Kapa’ (Nikah)
Pada simposium
tentang adat dan kebudayaan yang diadakan tangmentoe,juli 1983,ada usul untuk
mendaftarkan rampanan kapa’ sebagai nilai tertinggi dalam daftar
nilai-nilai,karena pernikahan adalah titik awal usaha sepanjang suami istri
untuk mengembangkan kehidupan dengan membangun tongkonan bagi keturunan
mereka.usul ini menggarisbawahi pentingnya rampanan kapa’bagi komonitas toraja.
C. Pa’Tondokan
– Sang-Torayan
a. Pa’Tondokan
Kata dasar pa’tondokan ialah tondok
: tempat tinggal,kampong,desa.Pa’tondokan=penghuni;penduduk desa;komunitas
desa;masyarakat desa,sejarah sebuah tobdok mengacu ke pangala,seseorang yang
mengokupasi,mengklaim wilayah tertentu sebagai miliknya,daerah
kekuasaannya,lalu mendirikan tondok itu.j.tammu menerjemahkan pangala tondok
dengan “cikal bakal”,pendiri tondok pada masa silam.dimasa lampau yang kelabu ditoraja
masih banyak wilayah yang kosong dan tidak dihuni,yang dapat diklaim oleh
tokoh-tokoh penguasa.
Ia mendirikan
sebuah tongkonan baru,pusat kehidupan persekutuan baru itu.ia mengatur
kehidupan tondok dan masyarakatnya.pada mulanya seluruh kekusaan berada
ditangan pangla tondok.tetapi dia beranak cucu,memiliki keturunan.pada
musyawrah disarirah beberapa tondok
diwakili oleh lebih dari satu orang topadatindo,karena kepemimpinan disatu
tondok sudah terbagi dianak patalo,yaitu keturunan pangala tondok.sebelumditulak
bintunna bone (perang melawan bone),struktur masyarakat masih sederhana.barulah
sesudah perang tersebut kekuasaan dibagi-bagi diantara anak patalo .dari
masing-masing tondok,sehingga struktur masyarakat dan possisi kepemimpinan
religious dan sosial semakin rumit.
b. Sang-Torayaan
Sang adalah
awalan yang menunjuk jumlah satu.sang-torayan berarti “satu toraja” atau
“toraja bersatu” toraja sebagi keseluruhan atau seluruh masyarakat
toraja.sesungguhnya sang-torayaan merupakan istilah modern dengan isi lama.
Sang-torayaan
sebagai msyarakat Toraja yang satu merupakan persekutuan yang telah bertumbuh
menjadi satu berdasarkan falsafah hidup bersama,yang menampakan diri melalui
adat dan kebudayaan.adat dan kebudayaan itu tidak mutlak sama disemua
wilayah.namun dalam hal-hal pokok persekutuan,struktur kemasyarakatan mengikat
bagaikan benang merah menghubungkan semua tempat dengan tempat lain.
D. Tongkonan Sebagai Lambang dan Pusat Pa’rapuan
a. Tongkonan
Tongkonan
barasal dari kata tongkon,yang berarti duduk,menyatakan belasungkawa.tongkonan
bararti tempat duduk,rumah,teristimewa rumah para leluhur,tempat keluarga besar
bertemu untuk melaksanakan ritus-ritus adat secara bersama-sama,baik ART dan
ARS.Tongkonan sulit diterjemahkan.Bangunan ini bukan sekedar rumah adat,tempat
orang membicarakan atau menyelenggarakan urusan-urusan adat,bukan juga sekedar
rumah keluarga besar,tempat memelihara persekutuan kaum kerabat.tonkonan
mencakup kedua aspek tersebut.karea iti kita menerjemahkan istilah tongkonan
agar tidak menyamakan dengan rumah adat atau rumah marga
b. .Pa’Rapuan
Rapu adalah
keluarga berdasarkan hubungan darah,keluarga besar.hubungan itu menyangkut
hubungan darah keluarga besar.hubungan itu menyangkut hubungan vertikal,maka
istilah yang digunakan bati’ anak (anak-anak) atau keturunan.pa’rapuan adalah
bentuk panjang kata rapu ,dengan awalan pa’ dan akhiran an.artinya tempat rapu
terjadi,tempat rapu merasa betah,pa’rpuan adalah bentuk abstrak rapu,yang
menampakan diri secara kongkret dalam persekutuan tongkonan atau dalam hubungan
darah.
E. Funsi Sebuah Tongkonan
a. Dikalangan
Pa’rapuan
Telah dijelaskan
bahwa tongkonan mempunyai daya tarik sentripental terhadap pa’rapuan.maka
tongkonan dipandang sebagai lambang dan pusat pa’rapuan.jadi fungsi pertama dan
utama tongkonan ialah membina persekutuan pa’rapuan.jadi tongkonan menciptakan
dan memelihara persekutuan.pa’rapuan mengemban kewajiban tertentu terhadap
tongkonannya.sebaliknya makna tongkonan itu melambangkan dan dalam arti
tertentu menjamin kesejahtraan pa’rapuan.prestise tongkonan menjamin prestise
pa’rapuan.untuk dapat mengetahui latar belakang seorang toraja,kita cukup
menanyakan tonkonan asalnya,asalkan yang bertanya memang susuah mengenal dan
menguasai struktur tongkonan sebuah lambang,atau struktur sang-torayan.
b. Didalam
Masyarakat
Kita juga telah
melihat bahwa pangala tondok bertanggung jawab atas kesejahtraan penduduk
teritorium yang dikuasainya,yaitu tondoknya.bila sebuah tondok merasakan
kepemimpinan dan perlindungan dari pihak seorang pangala tondok,yang aluknya
dipoaluk (dapat dijadikan aluk kita),uaninna ditmba (airlah yang boleh
ditimba),kayunna dire’tok (kayunyalah yang boleh dijadikan kayu bakar),padangna
dikumba’ (tanahnyalah yang boleh diolah),maka pa’tondokan akan memberikannya
gelar toparengge’ sabagai tanda ucapan syukur atas jasanya.maka tongkonan itu
menjadi tongkonan toparengge’tdan fungsi toparengge’ dapat dipangku oleh
seorang dari anak tongkonan,yakni anak toparengge.dengan demikian kepemimpian
atas komunitas tondok tetap dipegang oleh tongkonan itu.
F. Tongkonan Sebagai Sumber Kepemimpinan
Setelah kita
mengetahui arti tongkonan selaku lambang dan pusat pa’rapuan,kiranya tidak
perlu lagi berpanjang lebar untuk menjelaskan bahwa tongkonan itu juga menjadi
sumber seluruh kepemimpinan dibidang kemasyarakatancdan keagamaan.dalam
struktur tongkonan,tongkonan layuk menempati kedududkan tertinggi dan dengan
demikian juga menempati kekuasaan tertinggi.artinya pemimpin tongkonan layank
dengan sendirinya menjadi pucuk pimpinan.
Semua tongkonan
anak patalo mempunyai status yang sama dalam sistem tana’.tetapi bila keturunan
satu nenek moyang bertambah banyak,maka system tongkonan perlu distrukturasi
lebih lanjut.semakin jauh seseorang dari tongkonan layuk dalam garis
keturunan,semakin berkurang pula pengaruh seseorang dan semakin rendah
kedudukannya dalam masyarakat.
Telah kita lihat
bahwa pada umumnya tongkonan mengemban fungsi menjamin kepentinagan
tongkonan.dengan perkataan lain,tongkonan tidak hanya wajib memelihara
kepentingan persekutuan keluarga,tetapi lembaga yang wajib memelihara aluk dan
adat.tongkonan merupakan sumber hokum dan sumber pelaksanaan kekuasaan,sumber
pelaksanaan kepemimpinan tradisional umum.dari kriteria kepemimpinan sudah
dapat dilihat bahwa kepemimpinan itu selalu berada ditangan anak patalo,anak
tongkonan.dengan demikian tepatlah kalau sistem tongkonan itu disebut benteng
kepemimpinan tradisional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makna kehidupan
ialah menjalani siklus kehidupan itu sendirinya, artinya kembali ke kehidupan
semula yang nyata. Kriteria yang
menentukan skala prioritas nilai-nilai adalah nilai dasar itu sendiri. Tetapi
rupanya nilai “kedamaian demi persekutuan” yang paling menentukan. Makna
persekutuan ialah hidup dalam damai dan keharmonisan. Dalam benturan
nilai-nilai ada saja nilai yang dikorbankan demi persekutuan. Kebenaran dan
Keadilan dapat dikorbankan demi kedamaian dan keharmonisan persekutuan. Nilai
kehidupan tersebut pertama-tama berorientasi kepada persekutuan, lambang
persekutuan toraja adalah tongkonan berdasarkan hubungan darah. Persekutuan
sebagai nilai tertinggi di toraja dilambangkan melalui tongkonan sebagai
pusatnya
ARS adalah
keseluruhan upacara untuk orang mati.secara harfiah aluk rambu solo’ berarti
“ketentuan untuk aspa yang menurun”.artinya ritus-ritus persembahan(asap) untuk
orang mati,yang dilaksanakan sesudah pukul12.00.ketika matahari mulai bergerak
turun.aluk ramtbu solo’ disebut juga aluk rampe matampu’.ritus-ritu disebelah
barat,sebab sesudah pukul 12.00 matahari berada disebelah barat.sebab itulah
ritus-ritus persembahan dilaksanakan disebelah barat atau barat daya tongkonan.
Berdasarkan
Tesmogoni dan teogoni,upacara tersebut dilaksanakan disebelah timur laut arah
kediaman para dewa dan leluhur yang didewakan.Aluk Rambu Tuka’ disebut juga
Aluk Rampe Matallo,”ritus-ritus disebelah timur”.Berdasarkan hal tersebut Aluk
tersebut dinamakan “aluk asap yang naik”.artinya asap persembahan itu naik
kelangit sebelum matahari mencapai zenit.Aluk Ramnu Tuka’ adalah keseluruhan ritus-ritus
persembahan untuk kehidupan.persembahan-persembahan itu dialamatkan kepada para
dewa dan para leluhur yang sudah menjadi dewa yang mendiami langit disebelah
timur laut.
makna tongkonan
itu melambangkan dan dalam arti tertentu menjamin kesejahtraan pa’rapuan.prestise
tongkonan menjamin prestise pa’rapuan.untuk dapat mengetahui latar belakang
seorang toraja,kita cukup menanyakan tonkonan asalnya,asalkan yang bertanya
memang susuah mengenal dan menguasai struktur tongkonan sebuah lambang,atau
struktur sang-torayan.
B. Saran
Penulisan
makalah mengenai adat istiadat kebudayaan toraja yang sekaligus membahas
nilai-nilai luhur budaya toraja, makalah ini di harapkan dapat membantu untuk
referensi mengenai kebudayaan toraja, namun dalam penulisan maklah ini tentunya
terdapat kekurangan bahkan kesalahan oleh karna itu di harapkan kritik danm
saran yqng membqngun untuk pembelajaran penulisan makalah selanjudnya agar
lebih baik.